Setelah sholat maghrib di hotel, adik sepupu itu, yang bernama Alam langsung berjalan kaki ke tempat kerja kakaknya. Dia menggunakan peta Google. Jaraknya tidak jauh. Dia berjalan menuju alamat yang pernah dikirimkan kakaknya. Alamat itu mengarah pada pusat perbelanjaan. Bangunannya berbentuk semacam rumah toko (Ruko) berlantai dua. Depan dan belakang Ruko itu merupakan pintu depan. Tidak ada pintu belakang.
Dia terus berjalan menelusuri ruko yang memanjang dan berlantai dua. Bagian depan dan belakang ruko itu sama-sama digunakan sebagai toko. Dia terus menelusuri ruko itu. Tetapi dia belum menemukan butik penjahit, tempat kerja kakaknya. Dia bertanya kepada seseorang. Orang itu mengatakan alamat yang dia tunjukkan betul di gedung itu. Tetapi orang itu tidak tahu di mana butik itu.
Hari mulai tambah gelap. Agak gerimis. Dia menyerah. Dia harus menelepon kakaknya. Nyambung. Dia pura-pura bertanya apakah tempat kerja kakaknya dekat sebuah minimarket. Kakaknya menjawab ya. “Kalau begitu jemput saya di depan minimarket itu,” kata adiknya dengan nada datar.
“Ha?” kakaknya, yang bernama Nura, terkejut dan merasa tidak percaya kalau adiknya ada di situ. “Kalau mau bukti ya jemput saya di situ,” kata Alam untuk meyakinkannya.
Sebelumnya, Alam tidak memberi tahu kakaknya kalau dia akan datang ke Bandar Sri Begawan di tempat kerjanya.
Tidak sampai satu menit Nura muncul dari minimarket itu. Ternyata minimarket itu tembus dari depan ke belakang. Butik tempat kerja Nura tepat di samping minimarket itu di bagian belakang.
Nura menggeret adiknya ke butik itu dengan gemas. Dia tidak percaya dia bertemu adiknya malam itu. Dia memegang tangan adiknya dengan kuat untuk memastikan itu bukan mimpi.
Di butik itu ada beberapa pegawai masih bekerja. Ada seorang laki-laki asal India atau Pakistan. Tugasnya menjahit. Dia hafal Al Quran. Ada juga beberapa penjahit wanita dari Indonesia. Termasuk Nura, tenaga kerja wanita Indonesia.Tugasnya memotong kain sesuai ukuran. Potongan kain itu dijahit oleh penjahit-penjahit di situ.
Rasanya sudah lama ngobrol. Rasanya kurang nyaman ngobrol di tempat orang yang sedang bekerja. Ternyata benar Nura bekerja sampai pukul 10 malam. Alam pamit duluan. Dia membuat janji dengan kakaknya bertemu saat sholat Shubuh di masjid Jame Asr Hassanil Bolkiah, masjid Istiqlalnya Brunei.
Alam kembali ke hotel. Sebelumnya, dia mampir makan malam dulu. Sebenarnya dia ingin mengajak kakaknya makan malam. Tetapi dia masih bekerja.
Setelah sholat subuh di masjid yang dijanjikan keesokan paginya, Alam menunggu kakaknya di taman masjid itu. Nura datang beberapa menit kemudian. Tidak ada siapapun di taman itu kecuali kedua kakak adik itu.
Taman masjid itu sepi. Burung-burung di pepohonan yang membuat ramai. Jamaah sholat Subuh hanya dua saf langsung pulang setelah sholat.
Mereka mengobrol tentang Brunei Darussalam. Tentang rajanya. Tentang rakyatnya. Tentang sekolahnya.
Selanjutnya mereka berjalan kaki meninggalkan masjid menuju tempat tinggal Nura. Dia tinggal di sebuah ruko dekat butik tempat kerjanya. Dia bersiap bekerja pukul 08.00. Padahal hari itu hari Ahad.
Mereka berpisah di depan tempat tinggal Nura. Alam sekaligus pamit. Siang itu juga dia akan kembali ke Pontianak.
Ternyata benar, Nura bekerja sampai pukul 10 malam. Hari Ahad tetap bekerja. Izin setengah hari saja untuk membersamai adiknya tidak bisa.(aa)
Bersambung.
Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh Alhamdulillahi robbil alamin kami panjatkan kehadlirat Allah SWT, bahwasannya dengan rahmat dan karunia-Nya lah akhirnya Website sekolah…
Copyright © 2017 - 2025 SMA Negeri 8 Balikpapan All rights reserved.
Powered by sekolahku.web.id