Menyampaikan Keistemewaan

Sabtu, 22 Februari 2025 ~ Oleh Administrator ~ Dilihat 146 Kali

Adzan dikumandangkan di masjid sekolah. Seorang Peserta Didik (PD) menjadi muadzin. Suaranya merdu. Dia seperti seorang “profesional”. Dia masih seorang PD. Tetapi suaranya sudah bagus. Performa adzannya menjadikan jamaah lebih tenang. Itu adzan yang pertama di hari Jumat itu.

Sejumlah jamaah melakukan sholat Sunnah. Setelah itu, seorang khatib naik ke mimbar. Adzan kedua dikumandangkan lagi. Jamaah yang kebanyakan PD itu semakin tenang. Suara adzannya bisa memukau jamaah. Itu tidak bisa dibantah.

Khatib yang ada di mimbar memulai khutbahnya. Suaranya lantang mendominasi suasana. Bacaan doa khutbah disampaikan dengan lancar. Terutama bacaan Ayat-ayat Suci Al Qur'an, nadanya juga terasa indah. Dia tidak tampak sebagai PD yang belajar menjadi khatib. Dia sudah terlihat sebagai khatib yang “profesional”. 

Khatib itu menyampaikan tema yang terkait dengan suatu bulan di tahun Hijriyah. Beberapa hadits yang mendukung tema itu disampaikan. Hadits dalam bahasa Arab dibacakan. Artinya juga disampaikan. Jamaah mudah memahami pesan yang disampaikan.

Nama bulan yang disampaikan adalah bulan sebelum bulan Ramadan. Di bulan itu Nabi Muhammad banyak melaksanakan ibadah. Di antaranya, puasa Sunnah banyak dilakukan di bulan itu. Bulan itu disebut bulan Sya’ban.

Saat khutbah disampaikan, lebih dari setengah hitungan jumlah hari di bulan itu terlewati. Itu berarti bulan Sya’ban akan segera berganti dengan bulan berikutnya, bulan suci Ramadan. Bulan sebelumnya disebut bulan Rajab. Bulan Rajab, Sya’ban, dan Ramadan merupakan tiga bulan yang istimewa.

Keistimewaan ketiga bulan itu sering terdengar dalam doa. Seorang imam sering membacakan doa itu setelah pelaksanaan sholat wajib lima waktu. Arti doa itu, “Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadan”.(aa)