Numerasi Literasi
Jum'at,
11 Oktober 2024
~ Oleh Administrator ~ Dilihat 113 Kali
Profesinya sebagai guru Matematika. Tetapi, hari itu guru itu sedang memimpin pembelajaran Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Tema yang diampu Suara Demokrasi. Suara bisa disampaikan dengan ucapan suara atau tulisan. Keduanya sama-sama memiliki keunggulan. Disesuaikan dengan kebutuhan.
Guru itu meminta Peserta Didik (PD) untuk mengungkapkan isi hatinya secara tertulis di atas secarik kertas. Isinya bebas. Apa saja yang dianggapnya penting. Tidak memakai format tertentu. Tidak menggunakan pola yang kaku. PD hanya perlu menulis saja.
Memperhatikan sekilas apa yang ditulis setiap PD, mereka betul-betul menulis apa yang ada dalam hati. Apa yang benar-benar dia rasakan. Dia tidak merasa malu mengungkapkannya. Dia seperti mendapatkan kesempatan emas untuk mengungkapkan apa yang dia rasakan. Bahkan mungkin dia tidak tahu, kepada siapa tulisan itu ditujukan.
Beberapa PD mengawali tulisannya dengan ungkapan perasaan:
Akhir-akhir ini saya merasa asing sama temanku …
Saya kesal dengan orang-orang yang suka membicarakan teman dekatnya …
Nih! Uneg-uneg saya tentang demokrasi …
Untuk saat ini banyak yang menjadi penyebab saya banyak pikiran dan merasa lelah …
Saat diberikan kesempatan, beberapa PD menuliskan apa yang mereka rasakan dengan lancar. Ide mereka keluar seperti air mengalir. Alirannya seperti tidak terbendung.
Perasaan hati tidak bisa dibohongi. Tidak bisa ditiru. Dia keluar secara alami. Seorang guru Matematika berhasil memotivasi PD untuk meningkatkan keterampilan literasi. Numerasi dan literasi menyatu secara alami.(aa)