Selalu Ditemani

Rabu, 06 Nopember 2024 ~ Oleh Administrator ~ Dilihat 140 Kali

Menjawab pertanyaan orang lain, seorang Peserta Didik (PD) menyampaikan pandangannya dengan lancar. Yang bertanya sudah menyiapkan beberapa pertanyaan. Seorang PD yang lain bertugas mengabadikan taanya jawab itu dengan kamera telepon seluler.

Mereka sedang belajar melaksanakan wawancara. Seorang guru menugaskan mereka membahas suatu tema: ekstrakurikuler. Tempat wawancara di teras kelas  lantai dua. Proses wawancara cukup kondusif. Tidak banyak gangguan orang lalu lalang. Suara bising juga tidak menggangu. Bahkan, suasana saat itu terasa sejuk. Mereka mengadakan wawancara di dekat hutan Mangrove.

Jual beli pertanyaan dan jawaban terlihat lancar. Masing-masing telah mempersiapkan bahan. Bahan “diskusi” disimpan di media kekinian. Saat berbicara, sesekali dan bahkan sering mereka menunduk untuk membaca teks di telepon seluler mereka. 

Mereka tampak lancar dalam wawancara. Tetapi, wawancaranya tidak terasa alami. Sepertinya ada kesepakatan sebelumnya antara penanya dan penjawab. Sepertinya penanya sudah “membocorkan” pertanyaan yang akan ditanyakan. Sang penjawab terlihat sudah menyiapkan jawaban. Tujuan mereka adalah wawancara itu lancar. Sang perekam adegan juga senang. Dia tidak perlu kerja lebih banyak untuk merekam ulang adegan. Sama-sama saling menguntungkan.

Mereka memang sedang proses belajar. Hal itu dianggap wajar. Mereka masih perlu alat bantu yang hampir selalu menemani mereka dalam banyak hal. Telepon seluler menjadi andalan mereka.

Tentu saja, mereka diharapkan untuk bisa menemukan alat bantu sesungguhnya dalam wawancara. 

Wawancara sebenarnya hanya memerlukan satu alat bantu utama. Ingin tahu. Pewancara ingin tahu informasi tertentu. Yang diwawancarai menjawab apa yang diketahuinya. Bukan telepon seluler, tetapi rasa ingin tahu yang menjadi teman dalam wawancara.(aa)