Buah Daging

Kamis, 10 April 2025 ~ Oleh Administrator ~ Dilihat 117 Kali

Melaksanakan sahur sendirian berhasil dilaksanakan. Puasa di siang hari seperti tidak terasa. Walaupun di akhir tahun itu masuk musim panas, tetapi panasnya tidak seperti di negara tropis. Sejuk masih bisa dirasakan Alam. Apalagi bergabung dengan teman-temannya di kampus, dia seperti tidak merasakan sedang berpuasa.

Saat kembali di rumah di sore hari, Alam mulai menebak bagaimana dia berbuka puasa. Suasana rumah saat itu biasa saja. Tidak tampak ada persiapan buka puasa. Sepertinya tuan rumah tidak tahu kapan waktu buka puasa.

Menjelang waktu Maghrib, sajian makan malam belum siap. Bahkan memasak makan malam pun belum dimulai. Alam sudah siap dia cukup berbuka puasa dengan air putih. Kemudian dia lanjutkan dengan sholat Maghrib.

Makan malam sudah siap menjelang waktu Sholat Isya. Makan malam dimulai bersamaan Alam berbuka puasa ronde kedua. Makan malam selalu meriah. Meja makan bukan hanya penuh dengan makanan, tetapi juga cerita. Paul dan Linda minum anggur. Alam dan anak-anak mereka cukup minum air putih. 

Alam berhasil melewati satu hari puasa di rumah orang tua angkatnya. Hari-hari berikutnya juga bisa dilalui tanpa kendala. 

Suatu hari Alam mendapatkan undangan buka puasa di masjid kampus. Pengurus masjid yang terdiri atas mahasiswa dari berbagai negara menyiapkan makanannya. Menu buka puasa diawali dengan kurma. Kemudian disambung dengan buah-buahan segar yang sudah dipotong-potong. Tidak ada makanan yang digoreng.

Makan malam dilanjutkan setelah Sholat Maghrib. Nasi dihampar di atas plastik memanjang. Jamaah duduk berhadapan. Petugas “melempar” potongan-potongan daging kambing ke atas nasi sambil berjalan. Petugas itu terus mengamati bagian yang dagingnya mulai habis. Kemudian dia menambahkannya. Seakan-akan pasokan daging itu tidak pernah habis.

Buah dan daging kambing menjadi menu utama berbuka puasa di masjid itu. Menu itu tidak biasa di Indonesia. Tetapi bagi mereka, mahasiswa yang kebanyakan dari negara-negara Arab, menu itu biasa.

Bersambung.