Warisan Generasi
Selasa,
05 Nopember 2024
~ Oleh Administrator ~ Dilihat 165 Kali
Permainan kekinian sering disebut game. Penggemarnya mulai dari anak-anak kecil, remaja, bahkan orang dewasa. Game tidak hanya dimainkan secara individu tetapi juga secara berpasangan atau kelompok. Bahkan pasangan atau kelompok itu bisa berasal dari tempat yang berbeda. Game berpasangan dan kelompok bisa terhubung dalam jaringan internet.
Tidak hanya itu, game juga dilombakan secara berjenjang. Mulai satu negara sampai antarnegara. Game telah menjadi olahraga hampir tanpa keringat. Tanpa kontak fisik dengan partner atau lawan main. Tanpa memerlukan tempat yang luas. Alat dukung utamanya hanya telepon seluler atau personal komputer dan internet.
Permainan berasal dari zaman sebelum adanya internet mulai ditinggalkan bahkan hilang. Generasi Z tidak mengenal banyak permainan zaman “old”. Mereka perlu dikenalkan dengan permainan yang memerlukan gerakan badan. Olah badan. Olahraga. Badan digerakkan. Banyak anggota badan yang bergerak.
Sekelompok Peserta Didik (PD) berada di halaman sekolah mereka mengenakan pakaian olahraga. Mereka sedang mengikuti pembelajaran olahraga. PD dikumpulkan dalam beberapa kelompok. Satu di antara kelompok mempersiapkan suatu permainan. Dua pasang PD memegang tongkat. Satu pasang memegang dua tongkat. Pasangan itu saling berhadapan. Tangan mereka memegang ujung-ujung tongkat. Pasangan yang lain melakukan hal yang sama. Satu pasangan menyilangkan tongkat dengan pasangan lain.
Kemudian, masing-masing pasangan menggerakkan tongkat ke arah luar dan dalam. Saat digerakkan ke dalam, kedua tongkat bersentuhan dan menimbulkan suara ketukan. Tongkat juga digerakkan ke bawah sampai menyentuh lantai. Gerakan dan tumbukan tongkat itu menghasilkan suara.
Suara itu dijadikan ritme atau jeda. PD diminta melompat di antara tongkat saat jeda. Beberapa PD ragu melangkahkan kakinya di atas tongkat. Mereka takut kaki terhimpit tongkat.
Melihat keraguan itu, guru yang memimpin pembelajaran itu memberikan contoh. Guru itu mencontohkan dengan baik. Guru itu memang memiliki pengalaman memainkan permainan itu. Dia mengalaminya sebelumnya. Sebelum ada internet. Sebelum game digital menguasai minat generasi Z.
Apakah generasi Z bisa meneruskan permainan tongkat tangan itu ke generasi berikutnya?.(aa)