Sepakat Bahagia
Sabtu,
14 Desember 2024
~ Oleh Administrator ~ Dilihat 85 Kali
Suasana kelas itu cerah. Cenderung panas. Waktu menunjukkan pukul 13.44. Jam ketujuh menjelang masuk jam kedelapan. Kondisi tubuh Peserta Didik (PD) mulai kurang prima. Kemungkinan besar kondisi guru juga kurang dari seratus persen.
Mana yang menang, cerah yang positif atau lelah yang negatif?
Seorang guru Geografi memimpin pembelajaran saat itu. Di suatu kelas di lantai dua. Di waktu yang mengundang perjuangan. Tetapi, dia punya modal besar, pencahayaan kelas itu cerah. Cahaya itu bisa membuat wajah PD terlihat jelas.
Pencahayaan itu seperti membantu guru mendapatkan energi baru. Seperti baterai telepon genggam yang hampir penuh. Guru itu membagi PD dalam kelompok. Anggotanya 3 sampai 4 PD. Jumlah anggota kelompok dirancang tidak terlalu besar. Tujuannya agar kinerja anggota kelompok efektif.
Setelah kelompok terbentuk, guru itu meminta PD berdiri. Dia berusaha agar PD di kelas itu juga penuh energi. Sambil berdiri dan memberikan isyarat melalu jari tanggannya, dia memberikan instruksi. PD mengikutinya dengan tepuk tangan. Jumlahnya tergantung instruksi guru. Semakin lama semakin semakin banyak. Semakin banyak semakin meriah. Suasana kelas semakin kondusif. Wajah PD tampak cerah ceria.
Selanjutnya, guru itu mengajak PD untuk mengevaluasi pelaksanaan kesepakatan kelas. Beberapa kesepakatan disebutkan. Kemudian ditanyakan siapa yang sudah dan belum melaksanakannya. Tanpa merasa tertekan sebagian PD mengakui telah menjalankan, tetapi sebagian yang lain belum.
Pengakuan mereka jujur dan tidak merasa takut. Tidak seperti proses pengakuan di pengadilan. Biasanya dalam keadaan tegang dan berbelit-belit. Kebanyakan PD mengingat dan menyadari adanya kesepakatan kelas. Kesepakatan yang mereka buat sendiri. Mereka sendiri pula pelaksananya. Mereka sepakat dengan bahagia.(aa)